Wednesday 19 August 2015

Museum Keraton Sumenep

Berkunjung ke Madura belum lengkap rasanya apabila tidak menyambangi Museum Keraton Sumenep yang terletak di tengah kota, di Jalan Dr . Sutomo , Sumenep. Museum ini menyimpan beragam peninggalan bersejarah dari Keraton Sumenep dimana sebagian besar merupakan peninggalan bangsawan Sumenep. 

Keraton Sumenep dulunya adalah tempat kediaman resmi para Adipati/Raja-Raja selain sebagai tempat untuk menjalankan roda pemerintahan. Kerajaan Sumenep sendiri bisa dibilang sifatnya sebagai kerajaan kecil (setingkat Kadipaten) kala itu, sebab sebelum wilayah Sumenep dikusai VOC wilayah Sumenep sendiri masih harus membayar upeti kepada kerajaan-kerajaan besar( Singhasari , Majapahit , dan Kasultanan Mataram ). 

Museum terbagi menjadi tiga bagian yang terletak di depan/luar keraton dan di dalam keraton. Bagian pertama, di luar keraton, adalah tempat menyimpan kereta kuda/ kencana kerajaan Sumenep dan kereta kuda pemberian ratu Inggris, yang sampai sekarang masih dapat dipergunakan dan dikeluarkan pada saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep. 


Bagian kedua dan ketiga terdapat di dalam keraton Sumenep, yang di dalamnya menyimpan  alat-alat untuk upacara mitoni atau upacara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-  senjata kuno berupa keris, clurit, pistol pedang bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang, al-Qur’an yang ditulis oleh Sulta Abdurrachman, guci dan keramik dari Tiongkok/ Cina yang menggambarkan bahwa pada saat itu terjalin hubungan yang erat antara kerajaan Sumenep dan kerajaan Cina, patung-patung/ arca, baju kebesaran Raja/Sultan, sampai tulang/fosil ikan paus yang terdampar di pantai  Sumenep pada tahun 1977. 

Keraton Sumenep sejatinya banyak jumlahnya, selain sebagai kediaman resmi adipati/raja yang berkuasa saat itu, karaton juga difungsikan sebagai tempat untuk mengatur segala urusan pemerintahan kerajaan. Saat ini Bangunan Karaton yang masih tersisa dan utuh adalah bangunan Karaton yang dibangun oleh Gusti Raden Ayu Tirtonegoro R. Rasmana dan Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindara Saod) beserta keturunannya yakni Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat dan Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I (Raden Ario Notonegoro). Sedangkan untuk bangunan karaton-karaton milik Adipati/Raja yang lainnya, seperti Karaton Pangeran Siding Puri di Parsanga, Karaton Tumenggung Kanduruan, Karaton Pangeran Lor dan Pangeran Wetan di Karangduak hanya tinggal sisa puing bangunannya saja yakni hanya berupa pintu gerbang dan umpak pondasi bangunan Keraton. 

Pintu gerbang Labang Mesem, yang artinya pintu  yang tersenyum. Pintu ini menjadi simbol dari  keramahan dan keramahtamahan masyarakat Sumenep terhadap setiap orang yang datang ke  keraton.


kereta kuda kencana kerajaan Sumenep, dan kereta kuda pemberian Ratu Inggris, yang sampai sekarang masih dapat dipergunakan dan dikeluarkan pada saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep.

Al Quran tulisan tangan ini berukuran panjang 4 meter, lebar 3 meter dan berat 500kg. Al Quran yang dibuat tahun 2005 ini dipajang di museum keraton di atas balai-balai kuno dari kayu, tepat di depan pintu masuk keraton. 
Yang menulis ini seorang wanita, namanya Yanti. Dia warga desa Bluto. Butuh waktu 6 bulan untuk menyelesaikan penulisan Al Quran ini. Meskipun tidak termasuk benda kuno, tapi AL Quran ini unik, karena ukurannya yang sangat besar, dan murni tulisan tangan.

Al-Quran yang ditulis tangan oleh Sultan 
Abdurrahman konon, proses penyelesaian Al-Quran yang ditulis Raja Sumenep sekitar 200 tahun silam itu, Sultan Abdurrahman, hanya memakan waktu satu hari satu malam.

Piring peninggalan kerajaan Sumenep di masa pemerintahan Sultan Abdurrahman yang berkuasa dari tahun 1811-1854 mampu membuat makanan yang dihidangkan tidak basi walau hingga sepekan. Piring yang berbentuk oval itu mampu mengawetkan makanan atau nasi yang dihidangkan selama 1 minggu tanpa obat pengawet apapun. Bahkan, konon nasi mampu tetap hangat dalam waktu lama.


kolam pemandian dayang-dayang dan istri para raja. Kolam air itu disebut Taman Sare dipercaya mempunyai kekuatan ajaib. Kolam yang berada di sebelah timur Pendopo Agung itu diyakini bisa menambah aura kecantikan dan cepat mendapatkan jodoh. Selain itu dipercaya sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit bila airnya diminum.

0 comments:

Post a Comment

 
Design Downloaded from Free Website Templates Download | Free Textures | Web Design Resources